Senin, 29 Juni 2015

CHLORPHENIRAMINE MALEATE (CTM)

 KLORPENIRAMIN MALEAT
CHLORPHENIRAMINE MALEATE
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA
1.1. Golongan (3)

Antihistamin generasi pertama
1.2. Sinonim/Nama Dagang (4,6,7)


Allechlor; Allergin; Allergisan; Antagonate; Carbinoxamide maleate; Chlormene; Chloropiril; Cloropiril, C-Meton; Chlorprophenpyridamine maleate; Chloroprophenpyridamine maleate; Chloropheniramine maleate; Chlorphenamine hydrogen maleate; Chlor-trimeton; Chlor-trimeton maleate; Chlor-tripolin; Histadur; Histadur Dura-Tabs; Histalen; Histapan; Ibioton; Lorphen; M.P. Chlorocaps T.D.; NCI-C55265; Neorestamin; Piriex; Piriton; Polarinol; Pyridamal-100; Synistamin; Teldrin; 2-pyridinepropanamine; 2-pyridinepropanamine; 1-(N, N-dimethylamino)-3-(p-chlorophenyl-3-alphapyridyl) propane maleate; 1-(N,N-dimethylamino)-3-(p-chlorophenyl-3-alpha-pyridyl)propane maleate; dl-2-(-p-chloro-alpha-2-(dimethylamino)ethylbenzyl)pyridine bimaleate; Pyridine,2-(p-chloro-alpha-(2-dimethylamino)ethyl)benzyl)-,maleate; 2-(p-chloro-alpha-(2-(dimethylamino)ethyl)benzyl)pyridine maleate; 1-p-chlorophenyl-1-(2-pyridyl)-3-dimethylaminopropane maleate; 1-(p-chlorphenyl)-1-(2-pyridyl)-3-dimethylaminopropane maleate; gamma-(4-chlorophenyl)-N, N-dimethyl-, (Z)-2-butenedioate (1:1); gamma-(4-chlorophenyl)-N, N-dimethyl, (Z)-2-butenedioate (1:1)

1.3. Nomor Identifikasi (3,4,5,6,7)
1.3.1. No.CAS : 113-92-8;
1.3.2. No.EC : 204-037-5;
1.3.3. No.RTECS : US6504000;
1.3.4. No.UN : 2811
2

2. PENGGUNAAN (3,5)

Terapi antihistamin, bahan kimia laboratorium
2.1. Indikasi (8)

Klorfeniramin maleat diindikasikan untuk gangguan alergi (antialergi) pada kulit termasuk urtikaria, pruritus, gigitan serangga, beberapa alergi obat dan alergi akibat kontak tanaman. Hal ini juga efektif dalam mengurangi gejala musiman, batuk dan flu, migrain, mabuk (motion sickness), mual/muntah dan perennial rhinitis alergi seperti bersin, gatal hidung dan konjungtivitis.
2.2. Range Dosis Terapi (3)

Dosis Anak-anak:
o Oral Usia 1 - 6 tahun
- Dosis lazim 1 mg setiap 6 - 12 jam, maksimum 6 mg per hari

Usia 6 - 12 tahun
- Preparat standar: dosis lazim 2 mg setiap 4 - 6 jam, maksimum 12 mg per hari
- Preparat selanjutnya: dosis lazim 8 mg sekali sehari
o Subkutan (SC)
- Dosis lazim 87,5 ug/kg, diberikan 4 kali sehari Dosis Dewasa:
o Oral
- Preparat standar: dosis lazim 4 mg setiap 4 - 6 jam, maksimum 24 mg sehari
- Preparat selanjutnya: dosis lazim 8 - 12 mg setiap 12 jam
o IV lambat , IM , SC
- Dosis lazim 10 - 20 mg, maksimum 40 mg sehari

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN
3.1. Organ Sasaran (3)

Kulit, mata, pencernaan, pernafasan, sistem saraf, kardiovaskular, sistem metabolik, ginjal, sistem musculoskeletal.
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup (4)
3

Menghirup debu atau asap dengan waktu yang lama (bukan kronik) dapat menghasilkan ketidaknyamanan pernapasan dan terkadang kesulitan bernapas (distress). Orang dengan gangguan fungsi pernapasan, penyakit pada saluran napas seperti emfisema atau bronkitis kronis dapat terkena cacat lebih lanjut jika konsentrasi dari partikel yang terhirup berlebihan.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (4)

Luka terbuka, terkelupas atau kulit yang teriritasi tidak boleh terkena bahan ini karena dapat menyebabkan cedera sistemik dengan efek berbahaya.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (4)

Kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan ketidaknyamanan sementara ditandai dengan keluar air mata atau kemerahan konjungtiva.
3.2.1.4. Tertelan (4)

Antihistamin memiliki efek samping seperti sedasi, sakit perut (mual, muntah, diare atau sembelit), penglihatan kabur, denging di telinga, perubahan suasana hati (mood), mudah marah, mimpi buruk, kehilangan nafsu makan, susah buang air kecil, mulut kering, dada sesak, kesemutan, tangan menjadi berat dan lemas, gugup, gelisah, perasaan gembira, gerakan mata terganggu, sulit menggerakkan otot wajah, kesemutan, palpitasi, pusing, kantuk, tremor, kehilangan kewaspadaan dan konsentrasi, halusinasi, inkoordinasi, pembengkakan paru-paru, jantung berdebar, denyut jantung meningkat, tidak bernapas, kejang-kejang, pingsan, koma.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup (4)

Paparan jangka panjang dengan konsentrasi debu yang tinggi dapat menyebabkan perubahan fungsi paru-paru yaitu pneumoconiosis disebabkan partikel < 0,5 mikron menembus dan tersisa dalam paru-paru. Gejala utama 4

adalah sesak nafas dan bayangan paru-paru “lung shadow” muncul pada X-ray.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (4)

Reaksi sensitisasi pada beberapa orang. Paparan jangka panjang atau berulang dapat menyebabkan efek kesehatan kumulatif yang melibatkan organ atau sistem biokimia. Pemakaian luar dengan area yang luas dapat menyebabkan berbagai efek samping, termasuk sensitisasi dan eksim.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (4)

Data tidak tersedia
3.2.2.4. Tertelan (4)

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan gula dalam urin, obstruksi penyakit kuning, perubahan warna kulit akibat kehilangan trombosit. Pada periode awal, kehilangan produksi susu/asi, perkembangan payudara pada laki-laki dan penurunan gairah seks. Gangguan pada darah termasuk anemia, kehilangan sel darah putih dan trombosit. Rekasi alergi termasuk demam, eksim, bentol-bentol kemerahan dan melepuh, seperti cacar air, ruam, gatal-gatal, sensitif terhadap cahaya, bengkak pada anggota gerak, tenggorokan dan area lain, asma, gejala lupus dan shok anafilaktif, serta sulit menggerakkan otot-otot wajah.
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (3,4)

LD50 oral-tikus 306 mg/kg; LD50 oral-mencit 130 mg/kg; LD50 oral-marmut 265 mg/kg; LD50 subkutan(SC)-tikus 365 mg/kg; LD50 SC-mencit 104 mg/kg; LD50 SC-marmut 101 mg/kg; LD50 intravena(IV)-mencit 20 mg/kg; LD50 IV-mencit 26,1 mg/kg; LD50 IV-marmut 68 mg/kg; LD50 IV-anjing 97,6 mg/kg; LD50 intraperitoneal(IP)-tikus 89 mg/kg; LD50 IP-mencit 73 mg/kg. 5

4.1.2. Data pada Manusia (3)

AKUT Anak Hanya terdapat sedikit data spesifik mengenai dosis akut beracun dari antihistamin generasi pertama. Dosis 5 mg/kg atau kurang dari antihistamin generasi pertama dapat menyebabkan toksisitas yang signifikan pada anak-anak. Dekontaminasi yang tepat dan observasi medis disarankan jika lebih besar dari 3 kali dosis standar tunggal antihistamin generasi pertama yang tertelan.
Dewasa
Hanya terdapat sedikit data spesifik mengenai dosis akut beracun dari antihistamin generasi pertama. Umumnya 3-5 kali dosis terapi anti-pruritus dianggap cukup berbahaya untuk mengakibatkan intervensi.
4.2. Overdosis (8)

Gejala utama pada anak-anak adalah ataksia, kegembiraan, halusinasi, tremor otot, kejang, pupil melebar (dilatasi), mulut kering, wajah memerah, dan hiperpireksia. Koma, gagal kardiorespirasi, dan kematian dapat terjadi dalam waktu 18 jam. Pada orang dewasa, gejala yang biasa terjadi adalah depresi susunan saraf pusat dengan rasa kantuk, koma dan kejang-kejang. Hipotensi juga dapat terjadi. Pasien lanjut usia lebih rentan terhadap depresi susunan saraf pusat dan efek hipotensi bahkan terjadi pada dosis terapi.
4.3. Efek Samping (8)

Efek samping dari kejadian dan tingkat keparahan pada setiap pasien sangat bervariasi. Efek sedasi tidak begitu umum pada klorfeniramin maleat tetapi pada pasien tertentu dapat mengalami hal ini dan berbeda-beda seperti sedikit mengantuk sampai tertidur nyenyak, kelelahan, pusing serta inkoordinasi. Efek sedatif atau menenangkan dapat terjadi dan dapat berkurang setelah beberapa hari.
Efek samping lainnya yaitu gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, sembelit, anoreksia, nafsu makan meningkat dan nyeri epigastrum. Efek antimuskarinik seperti penglihatan kabur, susah buang air kecil, disuria, mulut kering dan sesak dada. Efek sentral seperti hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia dan terkadang sakit kepala. Stimulasi SSP paradoksal dapat terjadi seperti insomnia, gugup, takikardia, tremor dan kejang. 6

Klorfeniramin maleat dapat memicu kejang epileptiform pada pasien dengan luka lokal pada cerebral cortex. Klorfeniramin maleat dapat menghasilkan reaksi alergi dan sensitivitas silang terhadap obat terkait. Komplikasi berat seperti leukopenia dan agranulositosis sangat jarang terjadi.
4.4. Interaksi (2,8)

Pemberian klorfeniramin maleat bersama depresan susunan saraf pusat lainnya seperti alkohol, barbiturat, hipnotik, analgesik opioid, obat penenang dan antipsikotik dapat meningkatkan sedasi. Klorfeniramin maleat akan meningkatkan kerja antimuskarinik pada atropin, antidepresan trisiklik dan monoamine oksidase inhibitor (MAOIs).
Antihistamin seperti klorfeniramin maleat dapat menyembunyikan tanda-tanda peringatan dari kerusakan yang disebabkan obat ototoxic (obat yang memiliki efek buruk terhadap saraf kedelapan atau organ-organ pendengaran dan keseimbangan(2)) seperti aminoglikosida. Klorfeniramin maleat dapat menekan reaksi histamin pada kulit dengan ekstrak alergen. Penggunaannya harus dihentikan beberapa hari sebelum dilakukan tes kulit.
4.5. Perhatian dan Peringatan (8)

Karena bersifat antimuskarinik maka antihistamin harus digunakan hati-hati pada pasien dengan kondisi seperti glaukoma dengan sudut sempit, retensi urin dan hipertrofi prostat. Dapat menyebabkan kantuk, dianjurkan tidak mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. Hindari penggunaan bersama alkohol.
4.6. Data Karsinogenik (5,7)

IARC : tidak diklasifikasikan untuk karsinogenisitas pada manusia (Klorfeniramin maleat)
4.7. Data Tumoregenik

Data tidak tersedia
4.8. Data Teratogenik (6)

Data tidak tersedia
4.9. Data Mutagenik (5,6,7)

Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. 7

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN
5.1. Terhirup (4,5,6,7)

Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Baringkan pasien, istirahatkan dan jaga agar suhu tubuh tetap hangat. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit (4,5,6,7)

Segera tanggalkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Air dingin dapat digunakan. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata (4,5,6,7)

Lepaskan lensa kontak (jika ada). Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Air dingin dapat digunakan. Jika rasa sakit berlanjut segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (4,5,6,7)

Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Cuci mulut dengan air. Jika terjadi muntah, posisikan kepala lebih rendah daripada panggul agar mencegah terjadi aspirasi paru. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau kemban.
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN
6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (1)
6.1.1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara.
6.1.2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
6.1.3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah
8


6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (1)
a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
b. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
c. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsultasikan ke dokter mata.
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (1)
a. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
c. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
e. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (3)
a. Arang aktif dosis tunggal

Berikan 30 – 60 menit setelah menelan bahan berpotensi keracunan sediaan cair dan 4 jam untuk sediaan padat (misalnya tablet/kapsul)
Anak-anak : 1 – 2 g/kg BB secara oral
Dewasa : 50 – 100 g secara oral 9


b. Intubasi nasogastrik (NGT)

Pemberian arang aktif melalui NGT tidak boleh dilakukan pada pasien yang overdosis jika konsumsi arang tidak berhasil.
c. Irigasi usus

Irigasi usus tidak dianjurkan untuk obat ini kecuali tablet yang tertelan dalam sediaan/bentuk salut enterik atau formula lepas lambat, atau jumlah senyawa yang tertelan melebihi jumlah arang aktifnya sehingga penyerapan mejadi tidak efektif (rasio antara senyawa yang tertelan dengan arang aktif masih kurang yaitu 10:1). Jika irigasi usus dilakukan maka harus dipastikan jalan napas terlindungi agar tidak terjadi risiko aspirasi paru. Satu-satunya irrigant yang direkomendasikan yaitu larutan polietilen glikol elektrolit iso-osmotik yang diberikan dengan kadar tertentu sampai limbah rektal jelas.
Anak: 9 bulan - 6 tahun: 20 mL / kg / jam secara oral atau melalui NGT 6 - 12 tahun: 20 mL / kg / jam secara oral atau melalui NGT Remaja atau Dewasa:
1.500 sampai 2.000 mL / jam secara oral atau melalui NGT
6.3. Antidotum (3)

Physostigmin hanya diberikan jika gejala antikolinergik parah. Dalam kasus seperti itu akan lebih efektif untuk mengkontrol agitasi dan reversal stimulasi SSP dan delirium daripada benzodiazepin. Pasien harus diawasi secara ketat karena durasi aksi physostigmin yang pendek (20-60 menit). Dalam kasus yang lebih ringan, pemberian benzodiazepin dan suasana lingkungan yang tenang lebih sesuai untuk mengkontrol antikolinergik yang menginduksi agitasi.
Indikasi Physostigmin
Mengontrol agitasi dan reversal stimulasi SSP dan delirium yang berhubungan dengan keracunan antikolinergik dan penyempitan QRS supraventricular tachydysrhythmias yang mengakibatkan gangguan hemodinamik atau nyeri iskemik. 10
Dosis dan cara pemberian:
Anak: 0,02 mg/kg (maksimum 0,5 mg) intravena: dorong perlahan selama 5-10 menit
Dewasa: 1 sampai 2 mg intravena: dorong perlahan selama 5-10 menit
Dosis dapat diulangi setiap 10 menit jika kondisi parah atau mengancam jiwa.

7. SIFAT FISIKA KIMIA
7.1. Nama Bahan
 Klorfrniramin maleat / Chlorpheniramine maleate

7.2. Deskripsi (3,4,5,6,7)

Berbentuk bubuk kristral putih, padat, pahit dan tidak berbau, rumus molekul C16H19ClN2·C4H4O4; berat molekul 390,86 g/mol; pH dalam larutan: 4 - 5 (2% aqueous solution); pKa 9,2; tekanan uap <0.0000001 kPa pada 25 °C; titik lebur 266 - 275 °F; titik beku 130 - 135 °C; larut dalam alkohol, kloroform dan air dingin; sedikit larut dalam eter dan benzena.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (National Fire Protection Association) Skala 0-4 (4,6)

Kesehatan 2 = tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 1 = dapat terbakar
Reaktivitas 0 = tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (European Commision) Frasa Risiko dan Frasa Kemanan (5)

R25 : beracun jika tertelan
S36/37/39 : kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan pelindung mata/wajah yang cocok
S45 : Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak sehat, jika memungkinkan segera menghubungi dokter (perlihatkan label kemasan)
7.3.3. Klasifikasi GHS (5)

Tanda : Berbahaya (danger)
Pernyataan Bahaya
H301 : beracun jika tertelan 11

Pernyataan Kehati-hatian
P301 + P310 : JIKA TERTELAN: segera hubungi sentra informasi keracunan / dokter atau petugas kesehatan.
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS
8.1. Reaktivitas (6)

Produk bersifat stabil
8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari (5,6,7)

Data tidak tersedia
8.3. Bahan Tak Tercampurkan (5,7)

Asam, basa, zat oksidator kuat, zat reduktor kuat
8.4. Dekomposisi (7)

NOx, Cl-, asap atau gas yang mengiritasi dan/atau beracun, mengeluarkan gas beracun pada kondisi kebakaran.
8.5. Polimerisasi (6)

Tidak terpolimerisasi
8.6. Korosivitas (6)

Tidak korosif terhadap kaca
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
9.1. Ventilasi (5)

Sediakan sistem ventilasi penghisap udara yang tepat ditempat yang memungkinkan debu-debu dapat terbentuk.
9.2. Perlindungan Mata (5,7)

Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia. Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja. Gunakan peralatan untuk pelindung mata yang direkomendasikan NIOSH (US) atau EN 166(EU).
9.3. Pakaian (5)

Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Perlindungan tubuh harus disesuaikan dengan konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya pada tempat kerja tertentu. 12
  
9.4. Sarung Tangan (5,7)

Sarung tangan yang tahan bahan kimia. Kenakan sarung tangan yang memenuhi spesifikasi EU Directive 89/686/EEC dan standar EN 374. Lakukan teknik melepas sarung tangan yang tepat (tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk menghindari kontak kulit dengan bahan ini.

9.5. Respirator (5,7) 
Kenakan masker (pelindung pernapasan) yang dapat mensuplai udara atau respirator yang direkomendasikan NIOSH (AS) atau CEN (EU).

10. DAFTAR PUSTAKA
1. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
2. Tim Editor EGC. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Buku Kedokteran EGC.1994
3. http://toxinz.com/Spec/2191229/139536# diunduh April 2014
4. http://datasheets.scbt.com/sc-204684.pdf diunduh April 2014
5. http://www.sigmaaldrich.com/ diunduh April 2014
6. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923451 diunduh April 2014
7. http://www.usp.org/pdf/EN/referenceStandards/msds/1123000.pdf diunduh April 2014
8. http://www.medsafe.govt.nz/profs/datasheet/h/Histafenelixir.pdf diunduh April 2014

0 komentar:

Posting Komentar