KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan
Semesta Alam Maha Pencipta dan Maha Segala Sesuatu. Sebagai hambaNya patutlah
kita bersyukur karena telah diberikan banyak kelimpahan dan kenikmatan kepada
diri-diri kita sehingga pada kesempatan ini kita masih diberikan kesempatan
untuk tetap menghirup udara dengan gratis sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami dengan tepat waktu. Tak lupa pula tetap terhaturkan salawat dan salam
kepada Baginda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam karena berkatnyalah kita
dapat merasakan indahnya Islam dimana ia telah membawa kita dari zaman
jahiliyah hingga zaman Islamiyah seperti sekarang ini, kepada para sahabat,
tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang senantiasa tetap istiqamah dalam
jalan ad-Dien ini.
Tak lupa pula kami ucapkan banyak
terima kasih kepada dosen mata kuliah Farmakologi Toksikologi yang telah memberikan kami arahan dan masukan
demi tersusunnya makalah ini dan kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
Adapun pada pembuatan makalah ini,
kami membahas tentang “fisiologi dan anatomi obat anti virus dan interferon”. Dimana dikatakan bahwa Virus merupakan partikel
yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup, Bersifat aseluler (bukan
merupakan sel) berukuran sangat renik. Dalam pembuatan makalah ini, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan membutuhkan koreksi sehingga kami
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Wassalam...
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..........................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................4
B. RUMUSAN
MASALAH................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.
SEJARAH PENEMUAN VIRUS................................................................5
- PENGERTIAN
VIRUS..............................................................................5
C. CIRI-CIRI VIRUS.......................................................................................6
- PERANAN VIRUS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA..........................6
E.
CARA PENULARAN VIRUS....................................................................8
F.
PRINSIP PENTING TERKAIT DENGAN PENYAKIT VIRUS .............8
G. PENGGOLONGAN
OBAT ANTI VIRUS.................................................9
BAB III PENUTUP
- KESIMPULAN ................................................................................28
- SARAN ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Virus berasal dari bahasa
latin venom yang berarti racun. Apabila virus berada di luar sel
hidup maka virus dianggap sebagai
makhluk tak hidup, tetapi bila berada di dalam sel hidup virus dikatakan
sebagai makhluk hidup.
Wendell Stanley, ilmuwan Amerika Serikat berhasil
mengkristalkan pathogen tersebut, dan Kristal itupun dapat menyebabkan penyakit
seperti sebelum dikristalkan. Bakteri pathogen itu bukan bakteri karena bakteri
tidak dapat dikristalkan, sehingga organism ini dinamakan virus.
Beberapa infeksi virus dapat sembuh
dengan sendirinya, terapi
hanya diperlukan untuk memperbaiki gejala saja. Misalnya pada penyakit influenza dan DBD. Dalam hal infeksi virus yang membahayakan jiwa, misalnya
pada ensefalitis herper
simpleks, hepatitis B dan C, dan lain-lain,
maka diperlukan suatu kemoterapi untuk melawan virus tersebut. Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, dimana tahap-tahap replikasi
virus semakin dipahami, maka kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dengan
efek minimal pada sel hospes.
Dari uraian di atas, maka buatlah
makalah “FISIOLOGI
DAN ANATOMI OBAT ANTI VIRUS DAN INTERFERON” untuk mengetahui obat-obat dan
mekanismenya yang mampu mengobati infeksi virus-virus patogen tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah Sejarah penemuan virus?
2.
Apa itu virus?
3.
Apa saja ciri-ciri virus?
4.
Apa saja penggolongan obat antivirus dan
mekanismenya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Penemuan Virus
Virus pertama yang ditemukan adalah virus yang menyerang tembakau.
Virus ini menyebabkan daun tembakau berbecak kuning. Semula di duga daun daun
tembakau itu terserang bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit). Namun
ketika D. Ivanowsky (Rusia) pada tahun 1893 menyaring getah daun
tembakau yang terserang pathogen itu dengan saringan keramik, kemudian cairan
hasil penyaringan itu dioleskan ke daun tembakau yang sehat, ternyata daun
tersebut menjadi sakit. D. Ivanowsky menduga bahwa penyakit mosaic pada
daun tembakau itu adalah bakteri yang sangat kecil, karena lolos dari saringan
keramik.
Wendell Stanley, ilmuwan Amerika Serikat berhasil mengkristalkan
pathogen tersebut, dan Kristal itupun dapat menyebabkan penyakit seperti
sebelum dikristalkan. Bakteri pathogen itu bukan bakteri karena bakteri tidak
dapat dikristalkan, sehingga organism ini dinamakan virus. Karena daun tembakau
yang terserang virus ini berbintik seperti mosaic maka diberi nama virus mosaic
tembakau.
Jadi Virus merupakan partikel yang bersifat
parasit obligat pada sel/makhluk hidup, Bersifat aseluler (bukan merupakan sel)
berukuran sangat renik. Di dalam sel inang virus menunjukkan ciri makhluk
hidup, sedangkan di luar sel menunjukan ciri bukan makhluk hidup.
B.
Pengertian virus
Virus berasal dari bahasa
latin venom yang berarti racun. Apabila virus berada di luar sel
hidup maka virus dianggap sebagai
makhluk tak hidup, tetapi bila berada di dalam sel hidup virus dikatakan
sebagai makhluk hidup.
Virus
dikatakan tidak hidup karena virus dapat dikristalkan dan tidak mempunyai
protoplasma. Sebaliknya,Virus dikatakan hidup karena virus dapat berkembangbiak
dan memiliki materi genetik (ARN/ ADN) yang menyusun tubuhnya.
C.
Ciri-ciri virus:
a. Berukuran sangat kecil
(antara 20 - 30 milimikron), sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskup
elektron.
b. Bentuknya : bulat, oval,
memanjang, batang dan seperti huruf T.
c. Merupakan parasit sejati (hidup hanya jika menginfeksi sel inang);
d. Dapat dikristalkan dan dalam keadaan mengkristal bersifat seperti
benda tak hidup.
Struktur tubuh :
a. kepala , berbentuk polihedral (segi banyak)
b. kapsid (selaput pembungkus) yang disusun oleh protein
c. bahan inti/ materi genetik, yang terdiri ADN/ ARN saja
d. serabut ekor
Reproduksi virus :
Terjadi dengan cara
replikasi, yaitu penggadaan ARN/ADN. Replikasi ini hanya dapat berlangsung
dalam tubuh inang, karena virus tidak memiliki organella dan enzim-enzim yang
diperlukan. Virus dapat berkembangbbiak pada bacteri, tumbuhan dan manusia.
D.
Peranan virus dalam kehidupan
manusia :
a. Menguntungkan :
Dengan berkembangnya rekayasa
genetika, virus banyak dipakai dalam penelitian dan percobaan
kedokteran. Bahkan virus banyak digunakan untuk mengobati penyakit menular dan
untuk membuat peta kromosom.
b. Merugikan :
Pada manusia :
a)
Cacar (voricella)
b)
Polio melitis
c)
Influenza
d)
Morbili (campak)
e)
Rabies (gila anjing)
f)
Trakom (radang selaput mata)
g)
Demam kuning (yellow fever)
h)
Demam berdarah
i)
Gondongan (parototis)
j)
Leukemia
k)
Menginitis (radang selaput otak)
l)
Rubella
m)
Herpes simpleks (penyebab sakit cacar air, infeksi genital dan kanker)
n)
Kanker
o)
AIDS oleh HIV
p)
Ebolla
q)
H5N1
Pada hewan :
a)
Rabies pada anjing, monyet, kucing.
b)
NCV (Newcaste Disease Virius atau tetelo) pada ayam.
c)
Parrot fever (pada unggas).
d)
Foot and mouth disease (penyakit kuku dan mulut) pada sapi dan kerbau.
e)
Parrot fever pada unggas.
Pada tumbuhan :
a)
Mozaik atau bercak kuning pada tembakau (Tobacco Mozaic Virus),
mentimun (Cucumber Mozaic), buncis (Bean cane mozaic dan Bean mozaic), gandum
(Wheat mozaic), tebu (Sugar cane mozaic).
b)
CVPD ( Citrus Vien Phloem Degeneration) menyerang pada pembuluh tapis
jeruk.
c)
Tungro , kekerdilan pada padi.
d)
Potato yellow dwarf pada kentang.
e)
Tobacco necrosis pada tembakau.
Catatan:
HIV :
Human Immunedeficiency Virus
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
E.
Cara Penularan Virus
1. Penularan
langsung dari orang ke orang
melalui kontak:
a.
Infeksi droplet atau
aerosol (mis: influenza, campak, smallpox)
b.
anal-oral (mis:
enterovirus, rotavirus, virus hepatitis A infeksiosa)
c.
Kontak seksual (mis:
hepatitis B, herpes simpleks-2, HIV)
2. Penularan dari binatang ke binatang dengan
manusia sebagai inang kebetulan:
Gigitan (rabies) atau infeksis droplet atau aerosol
dari tempat tinggal yang tercemar binatang pengerat (mis: arenavirus,
hantavirus).
3. Penularan
dengan dasar vektor arthropoda (mis: arbovirus, sekarang digolongkan togavirus
flavivirus terutama sebagai togavirus, flavivirus, dan bunyavirus).
Demam kuning, dengue, demam kuning hutan,
ensefalitis St. Louis, demam sengkenit Colorado, ensefalitis L Crosse.
F.
Prinsip Penting Terkait
dengan Penyakit Virus
1. Banyak
infeksi virus bersifat subklinis
2. Penyakit
yang sama dapat disebabkan oleh virus yang berbeda
3. Virus yang
sama bisa menyebabkan penyakit yang berbeda
4. Penyakit
yang dihasilkan tidak ada hubungannya dengan morfologi virus
5. Luaran
kasus khusus ditentukan oleh interaksi virus-inang dan dipengaruhi oleh
genetika masing-masing.
G. Penggolongan Obat ANTI VIRUS
Empat golongan antivirus yang
akan dibahas dalam dua bagian besar pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus
dan antiretrovirus. Klasifikasi penggolongan obat antivirus adalah:
a)
Antinonretovirus
a.
Antivirus untuk herpers
b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV
b)
Antiretrovirus
a.
Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NRTI)
b.
Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NtRTI)
c.
NNRTI (non neokleoside reverse transcriptase inhibitor)
d.
Protease inhibitor (PI)
e.
Viral entry inhibitor.
GOLONGAN OBAT ANTI
NONRETROVIRUS
1. ANTIVIRUS UNTUK HERPES
Virus hervers dihubungkan
dengan spectrum luas penyakit-penyakit, yaitu bisul dingin, essence valitis,
dan infeksi genital, yang terakhir merupakan bahaya untuk bayi baru lahir
selama persalinan. Obat-obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama
fase akut infeksi virus dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali
foskarnet, obat-obat tersebut adalah analogpurin atau pirimidin yang menghambat
sintesis virus DNA.
a. Asiklovir
Asiklovir merupakan obat
antivirus yang paling banyak digunakan karena efektif terhadap virus hervers.
1. Mekanisme kerja :
Asiklovir, suatu analog
guanosin yang tidak mempunyai gugus glukosa, mengalami monofosforilasi dalam
sel oleh enzim yang di kode hervers virus, timidin kinase. Karena itu, sel-sel
yang di infeksi virus sangat rentan. Analog monofosfat diubah ke bentuk di-dan
trifosfat oleh sel pejamu. Trifosfat asiklovir berpacu dengan deoksiguanosin
trifosfat (dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA polymerase dan masuk ke dalam
DNA virus yang menyebabkan terminasi rantai DNA yang premature. Ikatan yang
irreversibel dari template primer yang mengandung Asiklovir ke DNA polymerase
melumpuhkan enzim. Zat ini kurang efektif terhadap enzim penjamu.
Mekanisme kerja analog purin dan
pirimidin : asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa
intermediet. Senyawa intermediet asiklovir(dan obat obat seperti idosuridin,
sitarabin,vidaradin, dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim
kinase sel hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi
virus.
2.
Indikasi:
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik
local maupun sistemik (termasuk keratitis herpetic, herpetic ensefalitis,
herpes genitalia, herpes neonatal, dan herpes labialis.) dan infeksi
VZV(varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang
dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varisela dan
zoster lebih tinggi daripada terapi infeksi HSV.
3. Dosis : untuk herpes genital : 5Xsehari 200 mg tablet, sedangkan
untuk herpes zoster ialah 4x400mg sehari.Penggunaan topical untuk keratitis
herpetic adalah dalam bentuk krim ophthalmic 3% dank rim 5% untuk herpes
labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lain nya dan infeksi VZV
digunakan asiklovir intravena 30mg/kgBB perhari.
4. Farmakokinetik: Pemberian obat bisa secara intravena, oral atau
topical. Efektivitas pemberian topical diragukan.Obat tersebar keseluruh
tubuh,termasuk cairan serebrospinal.
Asiklovir sebagian
dimetabolisme menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi
melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular.
b. Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari
asiklovir dengan adanya penambahan gugus hidroksimetil padaposisi 3’ rantai
samping asikliknya.metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir.
Yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus
hidroksil, sehingga masih memunginkan adanya perpanjangan primer dengan
template jadi gansiklovir bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti
asklovir.
1.
Mekanisme kerja:
Gansiklovir diubah menjadi
ansiklovir monofosfat oleh enzim fospotranverase yang dihasilkan oleh sel yang
terinveksi sitomegalovirus.
Gansiklovirmonofospat
merupakan sitrat fospotranverase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir.
Waktu paruh eliminasi gangsiklovir ktrifospat sedikitnya 12 jam, sedangkan
asiklovir hanya 1-2 jam.Perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa gansiklovi
lebih superior dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang
disebabkan oleh sitomegalovirus.
2.
Indikasi:
Infeksi CMV, terutama CMV
retinitis pada pasien immunocompromised (misalnya: AIDS), baik untuk terapi
atau pencegahan.
3. Sediaan dan Dosis : Untuk
induksi diberikan IV 10 mg/kg per hari (2 X 5 mg/kg, setiap 12 jam) selama
14-21 hari,dilanjutkan dengan pemberian maintenance peroral 3000mg per hari (3
X sehari 4 kapsul @ 250 mg). Inplantsi intraocular (intravitreal) 4,5 mg
gnsiklovir sebagai terapi local CMV retinitis.
c. Famsiklovir
Suatu analog asiklik dari
2’deoksiguanosin, merupakan produk yang dimetabolisme menjadi siklovir aktif.
Spectrum antivirus sama dengan gansiklovir tetapi waktu ini disetujui hanya
untuk pengobatan herpes zoster akut. Obat efektif peroral.
d. Foskarnet
Tidak seperti kebanyakan obat
antivirus lainnya, foskarnet bukan analog purin atau pirimidin, obat ini adalah
fosfonoformat,suatu derivate pirofosfat. Meskipun aktivitas antivirus in vitro
cukup luas, disetujui hanya sebagai pengobatan retinitis sitomegalic pada
pasien penderita HIV dengan tanggap imun yang lemah terutama jika infeksi
tersebut resisiten terhadap gansiklovir. Foskarnet bekerja dengan menghamabat
polimerese DNA & RNA secara reversible, yang mengakhiri elongasi rantai.
e.Trifluridin
Trifluridin telah
menggantikan obat terdahulu, idoksuridin,pada pengobatan topical
keratokonjungtivitis yang disebabkan virus herpes simpleks.Seperti idoksuridin,
analog pirimidin ini masuk dalam DNA virus dan menghentikan fungsinya.
2. ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infeksi
antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B,virus
sinsitial pernapasan (RSV).
a. Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin
memiliki mekanisme kerja yang sama.Efikasi keduanya terbatas hanya pada
influenza A saja.
1.
Mekanisme kerja:
Amanatadin dan rimantadin
merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion
transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion
selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta
proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur
pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
2.
Indikasi:
Pencegahan dan terapi awal infeksi
virus influenza A (Amantadin juga diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson).
3.
Farmakokinetik:
Kedua obat mudah diabsorbsi
oral. Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab mudah menembus ke SSP. Rimantadin
tidak dapat melintasi sawar darah-otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak
dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan dapat menumpuk sampai
batas toksik pada pasien gagal ginjal. Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh
hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.
4. Dosis: Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan
sirup untuk penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari (2
x 100 mg kapsul). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari (2 x sehari
150 mg tablet). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan
insufisiensi renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan
klirens kreatinin ≤ 10 ml/menit.
b. Inhibitor Neuraminidase (Oseltamivir,
Zanamivir)
Merupakan obat antivirus
dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus influenza A dan B.Keduanya
merupakan inhibitor neuraminidase;yaitu analog asam N-asetilneuraminat
(reseptor permukaan sel virus influenza),dan disain struktur keduanya
didasarkan pada struktur neuraminidase virion.
1.
Mekanisme kerja:
Asam N-asetilneuraminat
merupakan komponen mukoprotein pada sekresi respirasi, virus berikatan pada
mucus, namun yang menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah aktivitas
enzim neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya
infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimal dari sel yang
terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan
neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan menurunkan
tingkat keparahan, jika penyakitnya berkembang.
2. Indikasi: Terapi dan
pencegahan infeksi virus influenza A dan B.
3. Dosis:
Zanamivir diberikan per
inhalasi dengan dosis 20 mg per hari (2x5 mg, setiap 12 jam)selama 5
hari.Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg per hari (2x75 mg
kapsul, setiap 12 jam) selama 15 hari. Terapi dengan zanamivir/oseltamivir
dapat diberikan seawal mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.
c. Ribavirin
Ribavirin merupakan analog
sintetik guanosin, efektif terhadap virus RNA dan DNA.
1. Mekanisme kerja:
Ribavirin merupakan analog
guanosin yang cincin purinnya tidak lengkap. Setelah mengalami fosforilasi
intrasel, ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal transkripsi virus, seperti
proses capping dan elongasi mRNA serta menghambat sintesis ribonukleoprotein.
2.Spektrum aktivitas:
Virus DNA dan RNA, khusunya
orthomyxovirus (influenza A dan B), para myxovirus (cacar air, respiratory
syncytialvirus (RSV) dan arenavirus (Lassa, Junin,dll).
3.Indikasi :
Terapi infeksi RSV pada bayi
dengan resiko tinggi. Ribavirin digunakan dalam kombinasi dengan interferon-α/
pegylated interferon – α untuk terapi infeksi hepatitis C.
4.
Farmakokinetik:
Ribavirin rfektif diberikan
per oral dan intravena. Terakhir digunakan sebagai aerosol untuk kondisi
infeksivirus pernapasan tertemtu, seperti pengobatan infeksi RSV. Penelitian
distribusi obat pada primate menunjukkan retensi dalam semua jaringan otak.
Obat dan metabolitnya dikeluarkan dalam urine.
5.
Dosis:
Per oral dalam dosis 800-1200
mg per hari untuk terapi infeksi HCV/dalam bentuk aerosol (larutan 20 mg/ml).
3. ANTIVIRUS UNTUK HBV DAN
HCV
a. Lamivudin
1. Mekanisme kerja:
Merupakan L-enantiomer analog
deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme di hepatositmenjadi bentuk triposfat
yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA, secara
kompetitif menghambat polymerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadao
HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core promoter dan dapat
mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi
kronik.
2. Indikasi: Infeksi HBV (wild-type dan precore variants).
3. Farmakokinetik:
Bioavailabilitas oral
lamivudin adalah 80% C max tercapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian dosis.
Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume cairan
tubuh.Waktu paruh plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan
dalam bentuk utuh di urine. Sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi bentuk
tidak aktif. Dibutuhkan penurunan dosis untuk insufisiensi ginjal sedang (CLcr
<50 ml /menit).Trimetoprim menurunkan klirens renal lamivudin.
3.
Dosis:
Per oral 100 mg per hari (
dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang bila perlu ditingkatkan hingga
100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkanadalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-) dan
lebih dari 1 tahun pada pasien yang HBe(+).
b. Adefovir
1.Mekanisme kerja dan resistensi:
Adefovir merupakan analog
nukleotida asiklik. Adefovir telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya
membutuhkan satu langkah fosforilasi saja sebelum obat menjadi aktif. Adefovir
merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya sebagai
DNA chain terminator, namun juga meningkatkan aktivitas sel NK dan menginduksi
produksi interferon endogen.
2.Spektrum aktivitas:
HBV, HIV, dan retrovirus
lain. Adefovir juga aktif terhadap virus herpes.
3.Indikasi:
Adefovir terbukti efektif
dalam terapi infeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin.
4.Farmakokinetik:
Adefovir sulit diabsorbsi,
namun bentuk dipivoxil prodrugnya diabsorbsi secara cepat dan metabolisme oleh
esterase di mukosa usus menjadi adefovir dengan bioavailibilitas sebesar 50%.
Ikatan protein plasma dapat diabaikan, Vd setara dengan cairan tubuh total.
Waktu paruh eliminasi setelah pemberian oral adefovir dipivoxil sekitar 5-7
jam. Adefovir dieliminasi dalam keadaan tidak berubah oleh ginjal melalui
sekresi tubulus aktif.
5.Dosis : Per oral dosis tinggal 10 mg
per hari.
c. Entekavir
1.Mekanisme kerja dan resistensi:
Entekavir merupakan analog
deoksiguanosin yang memiliki aktivitas anti-hepadnavirus yang kuat. Entekavir
mengalami fosforilasi menjadi bentuk trifosfat yang aktif, yang berperan
sebagai kompetitorsubstrat natural (deoksiguanosin trifosfat) serta menghambat
HBV polymerase.
2.Spektrum aktivitas:
Entekavir aktif terhadap CMV, HSV1 dan 2 serta HBV.
3.Indikasi: Infeksi HBV.
4. Farmakokinetik:
Entekavir diabsorbi baik per
oral. Cmax tercapai antara 0,5-1,5 jam setelah pemberian, tergantung dosis.
Entekavir dimetabolisme dalam jumlah kecil dan bukan merupakan substrat system
sitokrom P450. T½nya pada pasien dengan fungi ginjal normal adalah 77-149 jam.
Entekavir dieliminasi terutama lewat filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus.
Tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis pada pasien dengan penyakit hati sedang
hingga berat.
5. Dosis:
Per oral 0,5 mg/hari dalam
keadaan perut kosong, pada pasien yang gagal terapi dengan lamivudin, pemberian
entekavir ditingkatkan hingga 1 mg/hari.
d.
Interferon
Merupakan glikoprotein yang
terjadi alamiah jika ada perangsangan dan menggangugu kemampuan virus menginfeksi
sel. Meskipun interferon menghambat pertumbuhan berbagai virus in vitro,
aktivitas in vivo pada virus mengecewakan. Pada waktu ini, interferon
disintesis dengan teknologi DNA rekombinan. Setidaknya terdapat 3 jenis
interferon; alfa, beta, gama. Satu dari 15 jenis α-interferon, α-2b telah
disetujui untuk pengobatan hepatitis B dan C. Dan terhadap kanker seperti
leukemia sel berambut dan sarcoma Kaposi.
Mekanisme kerja antivirus
belum diketahui seluruhnya tetapi menyangkut induksi enzim sel pejamu yang menghambat
translasi RNA virus dan akhirnya menyebabkan degadrasi mRNA dan tRNA virus.
Interferon diberikan i.v dan masuk ke cairan sum-sum tulang
Efek samping: demam, alergi, depresi
sum-sum tulang, gangguan kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif dan
reaksi hipersensitif akut, gagal hati infiltrasi paru jarang.
GOLONGAN OBAT ANTI RETROVIRUS
1. NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE
INHIBITOR (NRTI)
Reverse transkripstase (RT)
mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung dengan kromosom
hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV,
obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi
hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja,
semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di
sitoplasma. Yang termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat
dan hepatomegali berat dengan steatosis.
a. Zidovudin
1. Mekanisme kerja:
Target zidovudin adalah enzim
reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim
reverse transcriptase virus, setelah gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin
mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’
rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
2. Spektrum aktivitas: HIV(1&2)
3. Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV
lainnya(seperti lamivudin dan abakafir)
4. Farmakokinetik:
Obat mudah diabsorpsi setelah
pemasukan oral dan jika diminum bersama makanan, kadar puncak lebih lambat,
tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak terpengaruh. Penetrasi melewati
sawar otak darah sangat baik dan obat mempunyai waktu paruh 1jam. Sebagian
besar AZT mengalami glukuronidasi dalam hati dan kemudian dikeluarkan dalam urine.
5. Dosis: Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100mg, tablet 300
mg dan sirup 5 mg/5ml disi peroral 600 mg/hari
b. Didanosin
1. Mekanisme kerja:
Obat ini bekerja pada HIV RT
dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
2. Spektrum aktivitas: HIV (1 & 2)
3. Indikasi: Infeksi HIV,
terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti HIV lainnya.
4. Farmakokinetik:
Karena sifat asamnya,
didanosin diberikan sebagai tablet kunyah, buffer atau dalam larutan buffer.
Absorpsi cukup baik jika diminum dalam keadaan puasa; makanan menyebabkan
absorpsi kurang. Obat masuk system saraf pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar
55% obat diekskresi dalam urin.
5. Dosis: tablet & kapsul
salut enteric peroral 400 mg/hari dalam dosis tunngal atau terbagi.
c. Zalsitabin
1. Mekanisme kerja:
Obat ini bekerja pada HIV RT
dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
2. Spektrum aktivitas: HIV (1 & 2)
3. Indikasi: Infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat
lanjut yang tidak responsive terhadap zidovudin dalam kombinasi dengan anti HIV
lainnya (bukan zidanudin).
4. Farmakokinetik:
Zalsitabin mudah diabsorpsi
oral, tetapi makanan atau MALOX TC akan menghambat absorpsi didistribusi obat
ke seluruh tubuh tetapi penetrasi ke ssp lebih rendah dari yang diperoleh dari
AZT. Sebagai obat dimetabolisme menjadi DITEOKSIURIDIN yang inaktif. Urin
adalah jalan ekskresi utama meskipun eliminasi pekal bersama metabolitnya.
5.Dosis: Diberikan peroral
2,25 mg/hari(1 tablet 0,75 mg tiap 8 jam)
d. Stavudin
1. Mekanisme kerja:
Obat ini bekerja pada HIV RT
dengan cara menghentikan pembentukkan rantai DNA virus.
2. Spektrum aktivitas: HIV tipe 1 dan 2
3. Indikasi: Infeksi HIV terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan
dengan antiHIV lainnya.
4. Farmakokinetik:
Stavudin adalah analog
timidin dengan ikatan rangkap antara karbon 2’ dan 3’ dari gula.Stavudin harus
diubah oleh kinase intraselular menjadi triposfat yang menghambat transcriptase
reverse dan menghentikan rantai DNA.
5. Dosis : Per oral 80
mg/hari (1 kapsul 40 mg, setiap 12 jam).
e. Lamivudin
1. Mekanisme kerja:
Obat ini bekerja pada HIV RT
dan HBV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
2. Spektrum aktivitas: HIV ( tipe 1 dan
2 ) dan HBV.
3. Indikasi:
Infeksi HIV dan HBV, untuk
infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (seperti
zidovudin,abakavir).
4.
Farmakokinetik:
Ketersediaan hayati lamivudin
per oral cukup baik dan bergantung pada ekskresi ginjal.
5.
Dosis:
Per oral 300 mg/ hari ( 1
tablet 150 mg, 2x sehari atau 1 tablet 300 mg 1x sehari ). Untuk terapi HIV
lamivudin, dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau abakavir.
f. Emtrisitabin
1.Mekanisme kerja:
Merupakan derivate
5-fluorinatedlamivudin. Obat ini diubah kebentuk triposfat oleh ensim selular.
Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan lamivudin.
2. Indikasi : Infeksi HIV dan HBV.
3. Dosis : Per oral 1x sehari 200 mg kapsul.
g. Abakavir
1. Mekanisme kerja: bekerja
pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus
2. Spektrum aktivitas : HIV (tipe 1 dan
2).
3. Indikasi : Infeksi HIV.
4. Dosis : Per oral 600mg / hari (2
tablet 300 mg).
2. NUCLEOTIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NtRTI )
Tenofovir disoproksil fumarat
merupakan nukleutida reverse transcriptase inhibitor pertama yang ada untuk
terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti
retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui tiga tahap
fosforilase intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi hanya membutuhkan
dua tahap fosforilase saja. Diharapkan berkurangnya satu tahap fosforilase obat
dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna.
Tenofovir Disoproksil
1.
Mekanisme kerja:
Bekerja pada HIV RT ( dan HBV
RT ) dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
2. Spektrum aktivitas : HIV (
tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.
3. Indikasi: Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh
dikombinasi dengan lamifudin dan abakafir.
4. Dosis : Per oral sehari 300 mg tablet.
3. NON- NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NNRTI)
Merupakan kelas obat yang
menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan cara berikatan ditempat
yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada
situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga
cendrung untuk berinteraksi dengan obat lain.
a. Nevirapin
1. Mekanisme kerja: Bekerja
pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
2. Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1).
3. Indikasi: Infeksi HIV-1
dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya terutama NRTI.
4. Dosis : Per oral
200mg/hari selama 14 hari pertama (satu tablet 200mg per hari), kemudian
400mg/hari (2 x 200 mg tablet).
b. Delavirdin
1. Mekanisme kerja: Sama dengan
devirapin.
2. Spektrum aktivitas: HIV tipe 1.
3. Indikasi: Infeksi HIV-1,
dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.
4. Dosis:
Per oral 1200mg/hari (2
tablet 200mg 3 x sehari) dan tersedia dalam bentuk tablet 100mg.
c. Efavirenz
1. Mekanisme kerja: Sama dengan
neviravin
2. Spektrum aktivitas: HIV 1
3. Indikasi: Infeksi HIV- 1,
dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya terutama NRTI dan NtRTI.
4. Dosis : Peroral 600mg/hari
(1Xsehari tablet 600mg), sebaiknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping
SSP nya.
4. PROTEASE INHIBITOR (PI)
Semua PI bekerja dengan cara
berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV-protease.HIV-protease sangat
penting untuk infektivitas virus dan penglepasan poliprotein virus. Hal ini
menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim
protease sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan
partikel virus yang imatur dan tidak virulen.
a. Sakuinavir
1. Mekanisme kerja:
Sakuinavir bekerja pada tahap
transisi merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
2. Spektrum aktivitas: HIV (1 & 2)
3. Indikasi: Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa PI seperti ritonavir).
4. Dosis: Per oral 3600mg /
hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari) atau 1800mg / hari (3 hard gel
capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan 2 jam
setelah makan lengkap.
b. Ritonavir
1. Mekanisme kerja: Sama dengan
sakuinavir.
2. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
3. Indikasi: Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PI seperti sakuinavir).
4. Dosis: Per oral 1200mg/hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersama
dengan makanan)
c. Indinavir
1. Mekanisme kerja: Sama
dengan sakuinavir.
2. Spektrum aktivitas: HIV (1 & 2)
3. Indikasi: Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
4. Dosis: Peroral 2400mg/hari
(2 kapsul 400mg setiap 8jam, dimakan dalam keadaan perut kosong, ditambah
dengan hidrasi(sedikitnya 1.5L air / hari). Obat ini tersedia dalam kapsul
100,200, 333,dan 400mg.
d. Nelfinavir
1. Mekanisme kerja: Sama dengan
sakuinavir.
2. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
3. Indikasi : Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan anti HIV lainya seperti NRTI.
4. Dosis : Per oral 2250
mg/hari (3 tablet 250mg 3 X sehari) atau 2500mg/hari (5 tablet 250mg 2 X sehari)bersama
dengan makanan.
e. Amprenavir
1. Mekanisme kerja : Sama dengan
sakuinavir.
2. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
3. Indikasi: Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
4. Dosis: Per oral 2400mg/ hari (8kapsul 150 mg 2 X sehari,
diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan.
f. Lopinavir
1. Mekanisme kerja: Sama dengan
sakuanavir.
2. Resistensi: Mutasi yang
menyebabkan resistensi terhdap lopinavir belum diketahui hingga saat ini.
3. Spektrum
aktivitas: HIV (tipe 1dan 2)
4. Indikasi: Infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
5. Dosis:
Per oral 1000mg /
hari(3kapsul 166.6mg 2 X sehari, setiap kapsul mengandung 133.3mg lopinavir +
33.3mg ritonavir), diberikan bersamaan dengan makanan.
g. Atazanavir
1. Mekanisme Kerja : Sama dengan
sakuinavir.
2. Spectrum Aktivitas : HIV tipe 1 dan
2.
3. Indikasi : Infeksi HIV,
dalam kombinasi dengan HIV lainnya seperti NRTI.
4. Dosis : Per oral 400 mg
per hari (sekali sehari 2 kapsul 200 mg), diberikan bersama dengan makanan.
5.VIRAL ENTRY INHIBITOR
Enfuvirtid merupakan obat
pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY INHIBITOR. Obat ini bekarja
dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvitid ; bisiklam saat ini
sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja dengan cara menghambat
masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.
Enfurtid
1.Mekanisme kerja:
Menghambat masuknya HIV-1 ke
dalam sel dengan cara menghanbat fusi virus ke membrane sel.
2. Indikasi: Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan
antiHIV-lainnya.
3.Dosis:
Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali
ssehari diinjeksikan subkutan dengan lengan atas bagian paha enterior atau
abdomen.
H.
PENGGUNAAN OBAT ANTIVIRUS
Tujuan utama terapi antivirus
pada pasien imonnukompeten adalah menurunkan tingkat keparahan pennyakit dan
komplikasinya, serta menurunkan kecepatan transmisi virus, sedangkan paa pasien
dengan infeksi virus kronik, tujuan terapinya adalah mencegah kerusakan oleh
virus orga visceral, terutama hati, paru, saluran cerna dan SSP.
Antivirus dapat di gunakn
untuk prapilaksis, supresi (untuk menjaga agar replikasi virus berada di bawah
kecapatan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada pasien terinfeksi yang
asimtomatik).
Beberapa Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penggunaan obat terapi antivirus :
1. Lamanya terapi
2. Pemberian terapi tunggal atau
kombinasi
3. Interaksi obat
4. Kemungkinan terjadinya resistensi
I. HIV-AIDS
Terapi HIV-AIDS dilakukan
dengan cara mengkombinasikan beberapa obat untuk mengurangi viral loat atau
(jumlah virus dalam darah). Agar menjadi sangat rendah atau dibawah tingkat
yang terdeteksi untuk jangka waktu yang lama.
Secara teoritis terapi
kombinasi untuk HIV lebih baik dari pada mono terapi karena :
a.
Menghidari atau menunda resistensi obat atau meluasnya cakupan terhadap
virus dan memperlama efek
b.
Peningkatan efikasi karena adanya efek adiktif atau sinergis.
c.
Peningkatan target reserpoir jaringan atau sellular(contoh : limposit,
makrofak) virus.
d.
Gangguan pada lebih dari satu fase hidup virus
e.
Penurunan toxisitas karena dosis yang digunakan lebih rendah.
Walaupun obat retro-virus
sudah mennjadi kunci penatalaksanaan HIV-AIDS , ada beberapa keterbataasan,
yaitu:
a.
Anti-retrovirus tidak mampu sepenuhnya memberantas virus.
b.
Jenis HIV yang resisten sering muncul, terutama jika keputusan pasien
pada terapi tidak hampir sempurna.
c.
Penularan HIV melalui perilaku yang beresiko dapat terus terjadi
walaupun viral load tidak terdeteksi.
d.
Efeksamping jangka pendek akibat pengobatan sering terjadi mual ringan termasuk
anemia, neutropenia, mual, sakit kepala sampai yang berat missal hepatitis
akut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Virus
merupakan partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup,
Bersifat aseluler (bukan merupakan sel) berukuran sangat renik. Di dalam sel
inang virus menunjukkan ciri makhluk hidup, sedangkan di luar sel menunjukan
ciri bukan makhluk hidup.
b.
Klasifikasi penggolongan obat antivirus adalah:
a) Antinonretovirus
1. Antivirus untuk herpers
2. Antivirus untuk influenza
3. Antivirus untuk HBV dan HCV
b)
Antiretrovirus
1. Nukleuside reverse
transcriptase inhhibiror (NRTI)
2. Nukleuside reverse
transcriptase inhhibiror (NtRTI)
3. NNRTI (non neokleoside
reverse transcriptase inhibitor)
4. Protease inhibitor (PI)
5. Viral entry inhibitor.
c.
IFN(Interferon) adalah protein yang dibuat oleh berbagai sel dari
sistem kekebalan tubuh, termasuk sel darah putih. IFN dibuat sebagai tanggapan
terhadap sel “asing” termasuk virus, bakteri, parasit, dan sel tumor.
DAFTAR
PUSTAKA
Hedi.
2007. Farmakologi dan terapi ed.5. Jakarta: FKUI.
Drs.Tan
Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting ed. 6. Jakarta: Depkes RI.
Mary
J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Ed. 2. Farmakologi Ulasan bergambar. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar