Indonesia memiliki sekitar 40.000
spesies tanaman tumbuh di Indonesia (55% endemik), 1.845 spesies
diinventarisasi , 940 spesies diidentifikasi. Indonesia juga memiliki banyak
tanaman obat, tapi hanya 283 spesies (0,7%) dari spesies populasi) terdaftar di
BPOM (Food & Drug Administration di Indonesia) dikenali sebagai bahan untuk
kesehatan. Nurul menjelaskan Indonesia merupakan negara ke-3 terpadat di Asia
dan ke- 4 di dunia dengan lebih dari 250 juta penduduk. Ini merupakan potensi
pasar yang baik bagi nanoherbal. Apalagi Indonesia memiliki kekayaan sumber
daya alam dan keanekaragaman hayati terbesar ke-2 setelah Brazil. “Nano
herbal Indonesia merupakan satu-satunya di dunia. Pangsa pasarnya tidak
main-main, sangat besar sekali, ” ucap Dr. Nurul.
Hal yang sama dikatakan Suryandaru Ketua NCI,menurutnya pasar itu relative pragmatis. Jika produk yang dihasilkan berkualitas, dan harganya kompetitif. Pasar tetap akan membeli. Surya meyakinkan bahwa produk berbasis nano secara umum menghasilkan kualitas yang unggul dibanding tidak menggunakan nano. Nurwenda Novan Maulana, Direktur Utama PT. Nanotech Herbal Indonesia percaya potensi herbal Indonesia sangat besar dilihat dari expert sumber daya alam apalagi didukung oleh sumber daya manusianya. Menurutnya jika negara luar leading di nano elektronik, kita jangan mengarah ke hal yang sama. Indonesia jauh tertinggal. “Toh mereka sudah menciptakan laptop yang sangat tipis, kita fokus saja di herbal. Agar kita menjadi leading mereka.” terang Novan.
Negara tetangga seperti Malaysia memang lebih fokus
menggarap nano elektronik. Padahal menurut Ketua Dewan NCI ini bisnis di nano
elektronik memutuhkan dana yang tidak sedikit. Menurut Dr. Nurul di Asean
Indonesia masih leading di herbal. Begitu pun yang disampaikan Dr. Etik
Mardliyati, M.Eng, Ketua Divisi Bidang Farmasi dan Kesehatan Masyarakat Nano
Indonesia. Menurutnya negara pesaing herbal untuk Indonesia adalah China, yang
gencar dengan obat Chinanya. Namun untuk publikasi China masih tertinggal.
Etik mengatakan jurnal-jurnal Indonesia sudah banyak yang
berbahasa Inggris dibandingkan negara China. Negara Belanda pun datang ke
Indonesia untuk mencari sumber daya alam untuk di kembangkan menjadi nanoherbal
negaranya. Menurut Dr. Nurul mengapa nano herbal dicari? karena mempunyai
keunggulan selain aman ia juga lebih cepat menyerap dalam tubuh.
Merambah Dunia Kosmetik dan
Farmasi Selain
herbal, potensi terbesar nanoteknologi di Indonesia adalah di bidang kosmetik.
Kosmetik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari wanita bahkan pria pun ikut
menggunakan. Perusahaan sekaliber PT Mustika Ratu pun mencoba mengaplikasikan
nanoteknologi untuk produknya. Novan mengungkapkan kerjasama dengan Mustika
Ratu masih dalam tahap trailer. “Hingga kini kami belum berani melepas
teknologi kami, masih dalam skala jasa, karena teknologi ini belum dipatenkan.
Takutnya teknologi kami dicontoh dan kami belum mendapatkan patennya,” ujar
Novan.
Dr. Nurul yang juga menjabat sebagai Ketua Masyarakat
Nano Indonesia, menjelaskan banyak buah-buahan dan sayuran yang telah lama
digunakan untuk bahan aktif produk kosmetik. Tak hanya Mustika Ratu, PT. Gizi
Indonesia pun menggunakan teknologi nano dalam produk kosmetiknya. Meskipun
masih berskala industri rumah tangga mereka sudah memproduksi cream
nanoteknologi berbahan empat kandungan unsur alam yaitu rumput laut,kedelai,
buah blingo, dan almond yang membuat berkhasiat membuat kulit lebih sehat.
“Penggunaan kosmetik terkadang tidak menggunakan logika.
Asalkan kita mempunyai produk yang oke punya, berapapun akan dibayar oleh
mereka,” ucap Novan. Di bidang farmasi gaung nanoteknologi pun baru
dimulai. PT Kalbe Farma salah satunya. Kalbe membuat terobosan baru dengan
membuat salep rematik berbahan dasar glukosamin (C6H13NO5) untuk meredakan
nyeri sendi akibat rematik.
Boenjamin Setiawan, pendiri dan Komisaris PT. Kalbe Farma
Tbk. ini menerangkan alasan kenapa nanoteknologi belum banyak di kembangkan di
Kalbe karena teknologi yang ada belum sedemikian majunya sehingga sulit untuk
mengaplikasikan. “Tetapi promise-nya bagus untuk dunia kedokteran dan farmasi,”
ujarnya. Bahkan Kalbe berencana membuat nano silver untuk obat luka di
tahun mendatang bekerjasama dengan LIPI. Obat ini kan berfungsi meredam infeksi
yang di sebabkan oleh virus, bakteri, pathogen. Nano silver sangat cepat
bereaksi, tidak menimbulkan alergi, dan tidak beracun.
Aneka Nanoherbal Sebagai perusahaan yang berfokus pada bisnis nano herbal
PT. Nanotech Herbal Technology telah banyak melahirkan produk-produk herbal
seperti nano beras, nanopartikel kitosan vitamin A, nano ZNo, dan nanopropolis
supernova. PT. Nanotech Herbal Technology juga bekerjasama dengan pemerintah
mengembangkan banyak produk-produk nanoherbal. Pengembangan nanoherbal telah
dilakukan sejak tahun 2010-2011 oleh Nanotech Herbal Indonesia bersama dengan
Kementerian Ristek seperti nanopartikel kitosan dan nanopartikel pegagan
sebagai bahan aktif pada sediaan kosmetik anti jerawat. Pengembangan
nanokristal atorvastatin untuk sediaan di tahun 2013 bersama Kemenristek.
Beberapa pengembangan formula sediaan luka berbasis
nanoenkapsulat growth factor, yaitu pengembangan formula sediaan vaksin
influenza pandemik (Insentif Sinas 2011-2012, Kemenristek), pengembangan
nanopartikel mukoadhesif bersistem lepas terkendali untuk sediaan insulin oral
(Insentif Sinas 2011-2012, Kemenristek) pengembangan biosensor dan rapid tes
untuk diagnostika demam berdarah (Insentif Sinas 2011-2012, Kemenristek),
pengembangan teknologi nanoenkapsulasi vitamin A dan aplikasinya sebagai bahan
aktif kosmetik antiaging (Insentif Riset 2010, Kemenristek).
Sumber : Majalah TeknoPreneur
0 komentar:
Posting Komentar